1. Pengertian ilmu kalam
Mengkaji
aliran-aliran ilmu kalam pada dasarnya merupakan upaya untuk memahami kerangka berfikir dan proses pengambilan
keputusan para ulama aliran teologi dalam menyelesaikan persoalan-persoalan
kalam. Perbedaan kesimpulan satu dengan kesimpulan lainnya dalam mengkaji suatu
objek tertentu merupakan suatu hal yang bersifat natural.
2. Kerangka berfikir
ilmu kalam
Berawal dari perbedaan pendapat
diantara para sahabar dan para tabi’in dalam mengkaji suatu masalah tertentu
dan beberapa indikasi yang menjadi pemicu perbedaan pendapat diantara mereka
adalah terdapat beberapa sahabat yang mendengar ketentuan hukum yang diputuskan
Nabi. Sementara yang lainnya sahabat yang tidak mendengar keputusan Nabi itu
lalu berjihad.
Perbedaan metode berfikir secara garis besar dapat
dikategorikan menjadi dua macam yaitu kerangka berfikir rasional dan metode
berfikir tradisional.
Metode berfikir rasional memiliki prinsip-prinsip berikut ini :
Metode berfikir rasional memiliki prinsip-prinsip berikut ini :
Hanya terikat pada dogma-dogma yang dengan jelas dan tegas
di sebut dalam Al-Qur’an dan Hadist Nabi, yakni ayat yang gathi
(tersayang tidak boleh disamakan dengan arti lain)
Memberikan kebebasan kepada manusia dalam berbuat dan
berkehendak serta memberikan daya yang kuat kepada akal.
Adapun metode berfikir tradisional memiliki prinsip-prinsip
berikut ini :
Terikat pada dogma-dogma dan ayat-ayat yang mengandung arti Zhanni (tersayang boleh mengandung arti lain).
Tidak memberikan kebebasan kepada manusia dalam berkehendak dan berbuat.
Memberikan daya yang kecil kepada akal.
Terikat pada dogma-dogma dan ayat-ayat yang mengandung arti Zhanni (tersayang boleh mengandung arti lain).
Tidak memberikan kebebasan kepada manusia dalam berkehendak dan berbuat.
Memberikan daya yang kecil kepada akal.
Metode berfikir kedua macam diatas, terutama manyangkut akal
dan wahyu, dapat di gambarkan sebagai berikut :
MT = Mengetahui
tuhan
KMT =Kewajiban
mengetahui tuhan
MBJ =Mengetahui
baik dan jahat
KMBJ =Kewajiban
mengerjakan yang baik dan menjauhi yang jahat
Tuhan ---> wahyu ---> manusia ---> akal (MT,KMT,MBJ,KMBJ) dan kembali ke tuhan
(kerangka berfikir teologi rasional
tentang peranan akal dan wahyu)
MT =
Mengetahui tuhan
KMT =
Kewajiban mengetahui tuhan
MBJ =
Mengetahui baik dan jahat
KMBJ =
kewajiban mengerjakan yang baik dan menjauhi yang jahat
Tuhan ---> wahyu (KMT, MBJ, KMBJ) ---> manusia ---> akal (MJ)
(kerangaka berfikir teologi ttradisional
tentang peranan akal dan wahyu)
Gambar pertama
memperlihatkan bahwa teologi rasional memberikan peranan yang besar terhadpa
akal. Dalam pandangan teologi ini, akal dapat mengetahui tuhan, kewajiban
mengetahui tuhan, baik dan jahat, kewajiban mengerjakan yang baik dan menjauhi
yang jahat. Adapun gambar kedua memperlihatkan bahwa teologi tradisional
membrikan peranan yang kecil terhadap akal. Dari empat hal yang telah
disebutkan diatas, hanya mengetahui tuhanlah yang dapat dijangkau akal. Selebihnya
diketahui wahyu.
1. Aliran Antroposentris
Aliran antroposentris menganggap bahwa hakikat realitas transenden bersifat intrakosmos dan impersonal. Ia berhubungan erat dengan masyarakat kosmos baik ang natural maupun yang supra natural dalam arti unsurt-unsurnya ornag yang tergolong dalam kelompok ini berpandangan negative terhadap dunia dikarnakan ia beranggapan bahwa tugas manusia adalah melepaskan unsur natural yang jahat dengan meninggalkan kedunia wiyan ia akan mampu meraih kemerdekaan dari lilitan naturalnya. Sementara karaqwaanya lebih di orientasikan kepada praktek-praktek pertapaan dan konsep-konsep magis. Tujuan hidupnya bermaksud menyusun kepribadianya kedalam realita impersonalnya. Manusia yang berpendangan antroposentris dianggap/dikenal sebagai Sufi. Aliranteologi yang termasuk dalam kategori ini adalah Qadariyah, Mu’tazilah dan Syi’ah.
Aliran antroposentris menganggap bahwa hakikat realitas transenden bersifat intrakosmos dan impersonal. Ia berhubungan erat dengan masyarakat kosmos baik ang natural maupun yang supra natural dalam arti unsurt-unsurnya ornag yang tergolong dalam kelompok ini berpandangan negative terhadap dunia dikarnakan ia beranggapan bahwa tugas manusia adalah melepaskan unsur natural yang jahat dengan meninggalkan kedunia wiyan ia akan mampu meraih kemerdekaan dari lilitan naturalnya. Sementara karaqwaanya lebih di orientasikan kepada praktek-praktek pertapaan dan konsep-konsep magis. Tujuan hidupnya bermaksud menyusun kepribadianya kedalam realita impersonalnya. Manusia yang berpendangan antroposentris dianggap/dikenal sebagai Sufi. Aliranteologi yang termasuk dalam kategori ini adalah Qadariyah, Mu’tazilah dan Syi’ah.
2. Teolog Teosentris
Aliran teosentris menganggap bahwa hakikat realitas transenden bersifat Suprakosmos, personal dan ketuhanan, Tuhan adalah pencipta segala sesuatu yang ada di kosmos ini dengan segala kekuasaan-Nya, mampu berbuat apa saja secara mutlak dan manusia adalah ciptaan-Nya sehingga harus berkarya hanya untuk-Nya.
Manusia teosentris adalah manusia statis karena sering terjebak dalam kepasrahan mutlak kepada tuhan. Bagianya, segala sesuatu/perbuatanya pada hakikatnya adalah aktiitas tuhan. Ia tidak mempunyai ketetapan lain, kecuali apa yang telah ditetapkan Tuhan.
Aliran teosentris menganggap daya yang menjadi potensi perbuatan baik atau jahat bias dating sewaktu-waktu dari Tuhan. Aliran ini yang tegolong kategori Jabbariyah.
Aliran konvergensi menganggap hakikat Realitas transenden besifat supra sekaligus intrekosms, personal dan impersonal, lahut dan nashut, makhluk dan tuhan saying dan jahat, lenyao dan abadi, tampak dan abstrak dan sifat lain yang di kotomik.
Aliran konvergensi memandang bahwa pada dasarnya segala sesuatu itu selalu berada dalam abmbiu (serba ganda) baik secara subtansial maupun formal.
Aliran ini juga berkeyakinan bahwa daya manusia merupakan proses kerja sama antara daya yang transedental (Tuhan) dalam bentuk kebijasanaan dan daya temporal (manusia) dalam bentuk teknis.
Kebahagian bagi para penganut aliran konvergensi, terletak pada kemampuanya membuat pendalam agar selalu berada tidak jauh kekanan atau kekiri tetapi tetap ditengah-tengah antara berbagai ekstrimitas aliran teolog yang dapat di masukkan ke dalam kategori ini adalah Asy’ariyah.
4. Aliran Nihilis
Aliran Nihilis menganggap bahwa hakekat realitas transcendental hanyalah ilusi. Aliran ini pun menolak tuhan yang mutlakm, tetapi menerima berbagai variasi tuhan kosmos. Kekuatan terletak pada kecerdikan diri sendiri manusia sendiri sehingga mampu melakukan yang terbaik dari tawaran yang tebutuk. Idealnya manusia mempunyai kebahagian besifat fisik yang merupakan titik sentral perjuangan seluruh manusia.
No comments:
Post a Comment